Jakarta - Siapa tak kenal Kali Besar yang mengalir di sepanjang Kota Tua, Jakarta Barat. Di masanya, sekitar abad 17, Kali Besar menjadi pusat perdagangan jalur wisata. Tapi itu dulu!
Berdasarkan pantauan di Jalan Kali Besar Raya, Tambora, Jakarta Barat, Kamis (15/8/2013), berlalu lalang mobil dan motor melintasi jembatan menuju lokasi Wisata Kota Tua. Kawasan itu tampak eksotis di hiasai Museum Fatahilah, Menara Bahari, Toko Merah, Museum Keramik dan beberapa bangunan lainnya.
Dahulu, Kali Besar dibedakan menjadi Kali Besar Timur dan Kali Besar Barat. "Sejarahnya Kali Besar adalah pusat perdagangan, kalinya dulu berkelok-kelok dan diluruskan pada tahun 1632 terus dibagi menjadi Kali Besar Barat dan Kali Besar Timur," ujar penjaga Jembatan Kota Intan Agus.
Sekitar tahun 1630-an Kali Besar merupakan urat nadi lalu lintas kapal bongkar muat barang yang dibawa dari pelabuhan Sunda Kelapa. Karenanya keramaian pasar tak luput menjadi pemandangan di sekitar kiri kanan Kali Besar.
"Kiri kanan Kali Besar dulunya banyak pasar, ada pasar ayam, pasar sayur mayur, dan pasar buah-buahan, kalau mau kesana selalu melewati Jembatan Kota Intan namun sekarang jembatan sudah tidak berfungsi dan menjadi tempat wisata," tambah Agus.
Selain keramaian pasar banyak juga rumah-rumah warga keturunan Tionghoa dibangun di wilayah kiri kanan Kali Besar. Namun tidak lama kemudian pada tahun 1740 terjadi huru hara dan rumah-rumah sekitar Kali Besar dibakar hangus. Setelah tragedi huru hara umah-rumah dibangun kembali.
"Setelah huru hara dibangun kembali rumah-rumah, dan bangunan sekarang yang kita lihat dibangun sejak tahun 1870 sampai sekarang," pungkas Agus.
Tapi kini, Kali Besar yang mirip kanal-kanal ala Venice di Italia jauh berbeda. Urat nadi di Batavia ini kini buruk rupa. Sungainya hitam, berbau, dan ada sampah yang teronggok di sudut-sudut kali.
Ikuti berbagai peristiwa hangat yang terjadi hari ini di "Reportase Sore" pukul 16.30 WIB, hanya di Trans TV
(tfn/ndr)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar