Untuk menuju ke arah sana atau memajukan pariwisata di Kepri, Kadis Pariwisata dan Kebudayaan Kepri Guntur Sakti, memiliki segudang ide. Salah satunya, pariwisata itu harus jadi isu sentral. Terus, setiap daerah di Kepri nantinya akan dikembangkan sesuai dengan karakteristik daerahnya masing-masing.
Guntur mencontohkan, Batam dikembangkan sebagai pariwisata MICE, dan menjadi pintu masuk wisatawan ke daerah lain. Tanjungpinang harus berkembang dengan destinasi pariwisata budaya dan sejarahnya. Bintan mengkhususkan diri untuk wisata terpadu. Lingga dengan pariwisata budaya, sejarah dan bahari. Karimun dengan wisata alamnya. Natuna dan Anambas dengan wisata baharinya.
âNantinya, setiap daerah kita pacu untuk mengambangkan objek wisata sesuai karakteristiknya. Tujuannya agar semua berkembang dan saling bertautan,â bebernya.
Selain itu, sektor pariwisata disebut sebagai isu sentral, karena dari sektor ini sudah bisa mendatangkan devisi atau pendapatan asli daerah. âSecara nasional, pariwisata hanya kalah dari migas dan industri otomotif. Secara lokasi, pemasukan PAD dari Pariwisata kalah dari pajak kendaraan dan migas,â sebutnya.
âIni alasan saya, kenapa saya sebut pariwisata itu isu sentral dan menjadi tulang punggung ekonomi Kepri. Jadi tak bisa ditangani setengah-setengah. Harus fokus. Harus semua mulai dari warga-pemerintahannya atau SKPD, organisasi yang terlibat di dalam sekotor pariwisata memiliki roh pariwisata itu,â bebernya lagi.
Masih menurut Guntur, jika dilihat dari posisi Kepri, dari 33 provinsi di Indonesia bisa dikatakan postur yang paling strategis. Ini karena Kepri berdekatan dengan negara tetangga. âSemestinya harus dimanfaatkan dan ditangkap sebagai peluang,â sebutnya lagi.
Selain itu, Guntur mengaku bahwa posisi Singapura sebagai daerah wisata dunia harus bisa dimanfaatkan sebagai negara terdekat. âMinimal mengambil rembesannya,â sebutnya.
Dalam persepsi ekonomi, Guntur menilai, pariwisata juga jika sudah menjadi penyumbang bagi pendapatan asli daerah di seluruh kabupaten/ kota di Kepri. âPariwisata itu hanya kalah dari pajak kendaraan bermotor dan Migas untuk menyumbang PAD,â bebernya.
Disamping itu, tak lupa Guntur menceritakan, potensi yang ada di Kepri luar biasa, mulai dari wisata alam, sejarah, kuliner agro yang semuanya lengkap harus bisa menarik minat kunjungan wisatwan. âBelum lagi jika kita mengangkat wisata bahari kita , artinya hampir tidak ada konteks pariwisata yang tidak dimiliki Kepri,â kata Guntur.
Jika potensi ini digarap secara dahsyat, sebut Guntur, tentu ini akan menjadi kekuatan yang maha dahsyat jika dipantau dari sisi pergerakan ekonomi. âBerapa banyak investasi yang akan masuk jika pariwisata dijadikan destinasi baru,dan berapa banyak lapangan kerja yang bisa terserap,â bebernya.
Guntur mengaku, posisi Kepri terutama Batam yang bertengger di nomor tiga penyumbang wisatawan terbesar di Indonesia menandakan bahwa objek wisata di Batam khususnya dan Kepri umumnya tidak kalah dibanding daerah lain.
âBatam itu tingkat dua. Tapi dia bersaing dengan dua provinsi yakni Bali dan Jakarta, untuk urusan penyumbang wisatawan. Dengan ini Batam harus bangga dan harus terus menggali potensi wisatanya akan bisa berkembang terus,â sebut mantan Kadisparbud Batam ini.
Kemudian, satu-satunya Provinsi di Indonesia yang mendapatkan intensif regulasi visa kunjungan singkat hanyalah Kepri dengan visa husus Visa on Arivel hanya 10 dolar US per tujuh hari dan ini harus dimanfaatkan semua elemen yang berhubungan dengan pariwisata.
Untuk menjadikan pariwisata menjadi isu sentral, Guntur menyebutkan beberapa poin harus diikuti, yakni.
Pertama, harus masuk kepada misi dan visi kepala daerah, karena semua kabupaten kota di Kepri tidak ada yang tidak memiliki potensi pariwisata, kalau adalah daerah yang tidak mencantumkan pariwisata di dalam visi dan misinya, menurut saya ini perlu diperiksa secara fontal dan itu fatal. Kedua, harus berani membicarakannya dalam forum musrenbang, karena itu tempat bertemunya seluruh unsur pemerintahan.
Kesulitan yang masih dialami yaitu sulitnya menyatukan persepsi dan komitmen baik antar penyelenggara pemerintahan maupun stakeholder bagaimana pengembangan proyeksinya.
Jika musrenbang yang merupakan forum bertemunya seluruh unsur penyelenggara pemerintah dan stakeholder membahas apa rencana kegiatan tahun berikutnya. auranya, atmosfernya, untuk mengusung tema pariwisata maka secara tidak langsung seluruh SKPD pasti mengandung roh pariwisata.
Urusan pariwisata tidak bisa diselesaikan dengan sendirinya, katanya, tergantunga dengan jalan, air, Iptek, transportasi, dan unsur lainnya. maka membangun pariwisata harus multi sektor.
âTempat pembuangan sampah saja bisa menjadi daya tarik pariwisata jika dibangun dengan cipta daya pariwisata. Bahkan jadi destinasi objek pariwisata. Orang melihat proses pembuangan, proses pendauran ulang, proses packing hingga orang datang untuk melihatnya hingga dia jadi objek. Selain itu untuk mengembangkan pariwisata yaitu demamkan masyarakat dengan menggelar berbagai even baik secara lokal dan nasional biar usaha pariwisata berkembang akan menjadi aura daya tarik. Kemudian gencarkan promosi dan yang paling penting adalah persiapan masyarakat menjadikan daerah pariwisata, karena masyarakat harus siap jika Kepri ingin mendatangkan pendatang dari segala penjuru,â ujarnya.
Soal kebijakan mengembangkan pariwisata, menurut Guntur, pemisahan Dinas kebudayaan dan pariwisata itu dilakukan agar masing-masing bagian fokus dan serius mengurusi bidangnya. âMemang dari kajian, keduanya harus dipisah.
Kebudayaan itu kalai dikelola dengan baik akan jadi distinasi pariwisata. Ini agar fokus dan bisa saling mengait,â bebernya.
Kebijakan lainnya, akan dilakukan rakor pariwisata untuk menyamakan persepsi dan komitmen baik dari penyelenggara pemerintahan sendiri maupun dari sektor pariwisata. Sekarang ini, kata Guntur, sedang disusun regulasi dalam peraturan gubernur tentang kriteria penetapan destinasi wisata dan percepatan pembangunan wisata Kepri, juga merevisi kembali rencana induk pengembangan pariwisata yang sudah ada.
âSelain itu juga harus dilaksanakan pembangunan land mark pariwisata di Kepri dimana daerah harus memiliki karakter. Kemudian Penegasan pengembangan klaster pariwisata masing -masing kabupaten kota. Pembentukan badan pengurus,â bebernya. Rinto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar