Paling tidak, itulah hasil survei yang dilakukan asosiasi wisata bahari Gahawisri tahun 2012, seperti diungkapkan Sekretaris Dinas Kebudayaan dan Pariwisata MTB, Carla M, saat ditemui di arena pameran Maluku Expo 2 di Kota Ambon, Selasa.
"Menurut penelitian Gahawisri, 35-40 persen karang di perairan dua pulau tersebut hidup, sementara di perairan lain di Indonesia rata-rata hanya 15 persen. Itu sebabnya mereka menyimpulkan terumbu karang daerah kami yang paling sehat," katanya.
Berdasarkan hasil survei Gahawisri tersebut, Kementerian Kelautan dan Perikanan pun merekomendasikan agar perairan Maluku Tenggara Barat dilindungi dari kegiatan-kegiatan yang dapat merusak, terutama praktik bom ikan. Pengawasan secara rutin pun dilakukan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata setempat bekerja sama dengan Polisi Air (Polair) dan TNI- Angkatan Laut.
Kekayaan terumbu karang yang sehat dan indah itu juga mendorong Pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara Barat untuk menjadikan daerahnya sebagai tujuan bagi wisatawan yang ingin menikmati taman bawah laut.
Carla mengatakan, saat ini yang menjadi fokus utama adalah pantai Pulau Nustubun dan Asutubun karena objek wisata ini memang paling digemari wisatawan nusantara dan mancanegara, khususnya yang punya hobi menyelam.
"Kami akan terus berupaya menyiapkan sarana dan prasarana untuk diving," katanya.
Menyinggung angka kunjungan wisatawan, ia menyatakan rata-rata per tahun mencapai 1.000 orang baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
"Sampai tahun 2005, angka kunjungan wisatawan di daerah kami hanya sekitar 300 orang per tahun. Tapi tahun-tahun berikut sampai 2011 kemarin rata-rata sudah 1.000 orang," katanya.
Bandara baru
Kabupaten Maluku Tenggara Barat merupakan salah satu dari 11 daerah tingkat dua di Provinsi Maluku, dibentuk berdasarkan Undang Undang Nomor 6 Tahun 2000 tentang Perubahan UU No. 46 Tahun 1999 tentang pembentukan Provinsi Maluku Utara, Kabupaten Buru dan Kabupaten Maluku Tenggara Barat.
Secara geografis, kabupaten ini diapit Laut Banda, Laut Timor, Laut Arafura, dan Gugus Pulau Babar Sermata. Ibu kotanya bernama Saumelaki. Kabupaten ini memiliki 10 kecamatan, 75 desa, sembilan dusun, dan satu kelurahan.
Dalam upaya memajukan industri pariwisata, Pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara Barat sedang membangun bandara baru bertaraf internasional di Lor Ulun, dengan panjang landasan pacu 1.250 meter.
Menurut rencana, bandara baru itu mulai dioperasikan tahun 2013. Bandara itu dibuat untuk mendukung operasional bandara di Olilit yang hanya memiliki panjang landas pacu 900 meter.
Menurut Kepala Bidang Pengelolaan Batas Negara dan Potensi Kawasan Pemkab MTB, Nuzulu Anggeraini, pembangunan bandara baru itu dilaksanakan untuk mengimbangi gencarnya kegiatan promosi yang dilakukan baik di tingkat lokal, nasional dan internasional.
Selain di Kota Ambon, promosi potensi daerah dilakukan dengan mengikuti pameran di Jakarta, Bali, dan Belanda.
"Kami kemarin baru pulang pameran di Jakarta. Kami juga berencana masuk ke Batam, Makassar, dan Darwin (Australia), " katanya, seraya menyatakan kota-kota tersebut sangat strategis dijadikan tempat promosi karena merupakan pintu masuk wisatawan mancanegara ke Maluku Tenggara Barat.
Ia mengatakan, setiap tahun ada kegiatan lomba kapal layar Sail Indonesia yang bertolak dari Darwin, dan Saumelaki merupakan salah satu tempat persinggahan. Ada pun Batam dan Makassar, selain Jakarta dan Bali, juga merupakan pintu masuk turis asing ke Indonesia, sehingga diperlukan upaya-upaya untuk menggiring mereka masuk ke Maluku Tenggara Barat.
"Selama ini, turis asing pada umumnya masuk ke daerah kami melalui jalur penerbangan dari Singapura ke Jakarta atau Bali, baru kemudian ke Ambon dan selanjutnya ke Saumelaki. Karena itulah kami mau masuk (promosi) di Batam, Makassar dan Darwin agar bisa lebih banyak menjaring turis asing," katanya.
Kayu torem
Selain taman laut dan pantai pasir putih, Kabupaten Maluku Tenggara Barat juga kaya potensi alam lainnya, termasuk hasil hutan berupa kayu jati, kayu eboni, dan kayu torem yang hanya bisa ditemukan di dua tempat di dunia.
"Kayu torem hanya ada di Maluku Tenggara Barat dan Brasil, di tempat lain tidak ada," kata Nuzula menjelaskan.
Di sektor perkebunan, Maluku Tenggara Barat merupakan daerah penghasil kopra yang membuat daerah ini mampu memroduksi minyak goreng meskipun produksinya belum memuaskan dan memerlukan pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan SDM pengelolanya.
"Pengolahannya masih belum baik, masih banyak air jadi minyaknya cepat bau tengik. Tapi pelatihan akan terus dilakukan," kata Nuzula.
Hal yang tidak kalah menarik adalah hasil pertanian padi gogo varietas lokal dan situbagendit, umbi dan kacang. Berbeda dari hasil pertanian di daerah lain, Maluku Tenggara Barat memiliki jenis tumbuhan penghasil beras maupun kacang beraneka warna.
"Bulir padi dan kacang khas ini selalu kami bawa ke berbagai pameran," kata Carla, seraya menunjukkan tiga jenis beras, masing-masing berwarna putih, merah, dan hitam.
Kacang hijau kuning
Ia juga memperlihatkan kacang hijau yang berwarna merah, hitam, bahkan kuning.
"Ini semua kacang hijau, dan kami belum tahu mau beri nama apa untuk yang warnanya tidak hijau," katanya.
Menyinggung tentang wisata kuliner, ia mengatakan setiap turis yang datang ke daerahnya akan disuguhkan makanan khas dalam acara "bakar batu".
Dalam acara itu makanan berupa ubi, singkong, patatas, ikan, udang dan sebagainya dipanggang di atas batu yang dibakar.
Menurut Carla, dahulu bakar batu hanya dilakukan dalam upacara-upacara adat, tetapi belakangan sudah menjadi kebiasaan di berbagai acara termasuk pesta pernikahan dan acara-acara resmi lainnya.
"Jadi, kalau mau menyelam lalu merasakan makanan khas bakar batu, datanglah ke daerah kami," kata dia.
(J007)
Editor: Ella Syafputri
COPYRIGHT © 2012
Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar