Legenda Tanjung Kodok
Oleh: wong mbohol
farid_bionet@yahoo.co.id
Lokasi Tanjung yang berbentuk mirip kodok (katak) berada di Desa / Kec. Paciran, Kab. Lamongan, Jawa Timur. Meski kini di lokasi dibangun resort dan taman wisata bahari (Wisata Bahari Lamongan/ WBL) namun Tanjung Kodok masih menyimpan legenda yang dipercayai oleh warga sekitar termasuk saya (Wong Mbohol). Di lokasi ini setiap tanggal 7 Syawal (hari raya ketupat) juga masih digelar ritual kupatan. Berikut adalah legenda Tanjung Kodok selengkapnya.
Pada jaman dahulu, ada jejaka dari daerah ini yang mencintai seorang gadis dari Bawean. Gadis ini adalah puteri dari seorang pembesar, yang sangat disegani di Bawean. Sedangkan jejaka itu pekerjaannya sehari-hari sebagai nelayan. Ketika jejaka itu berkunjung ke Bawean untuk menjual ikannya, maka kesempatan itulah untuk menemui si gadis.
Lama-kelamaan hubungan mereka diketahui oleh ayah si gadis. Ayahnya sangat murka, akhirnya gadis itu dilarang untuk membeli ikan di pantai. Begitu pula ayahnya telah mengancam, akan membunuh nelayan itu, jika dia berkunjung ke Bawean lagi.
Hubungan mereka mengakibatkan kehamilan. Ayah si gadis sangat malu dan geram, maka dengan tak terduga terdengarlah kata-kata dari mulut sang ayah, âanak durhaka, kamu tidak pantas lagi menjadi anakku, maka lebih baik kamu menjadi kodokâ. Seketika itu juga si gadis yang cantik jelita berubah wujud menjadi kodok.
Mendengar kabar tersebut, sang jejaka menjadi sedih sekali. Maka sejak itu dia selalu menyendiri di pantai. Dan dia memutuskan untuk tinggal di pantai itu sampai akhir hayatnya.
Beberapa saat setelah dia tinggal di pantai, dia didatangi oleh seekor kodok. Dan ketika bulan purnama muncul, kodok itu berubah menjadi gadis yang pernah dia kenal sebelumnya. Maka dengan gugup dia bertanya,â kaukah kekasihkuâ? gadis itu tersenyum dengan manis dan berkata, âya aku adalah kekasihmuâ. Aku kemari, mencarimu karena aku merindukanmu! Dan sebentar lagi aku akan melahirkan anakmu, itulah kenapa aku bisa sampai di sini, karena akupun ingin melahirkan di sampingmu.
Kini tiba saatnya, dengan tabah dan penuh kasih sayang, jejaka itu membantu untuk memudahkan kelahiran. Namun setelah melihat apa yang dilahirkan sang kekasih, betapa dia amat kecewa, yah..kekasihnya telah melahirkan seekor kodok.
âApa yang terjadi mas?â
âTidak ada apa-apa, tenanglah!â
Dengan sedih lelaki itu membawa bayi kodok ke pinggir pantai untuk dibersihkan, dan setelah itu menyelimuti si bayi kodok dengan sarungnya.
âBagaimana anak kita mas?â
âAnak kita sehat, tenanglah dan beristirahatlah dulu. Aku akan membersihkanmuâ.
Lelaki itu membujuk agar kekasihnya tidak melihat bayinya. Meskipun begitu, ia tetap bersikeras untuk melihat bayinya.
Seperti kerasukan roh jahat, lelaki itu berbicara dengan lantang kepada kekasihnya,âtidak perlu kau lihat bayimu!â âKau telah melahirkan anak setan!â
Ketika tangan lelaki itu hendak mencekik leher kekasihnya, tiba-tiba anak kodok yang di dalam sarung itu keluar, lalu menggigit leher ayahnya. Karena merasa kesakitan, lelaki itu melepas cekikannya dan bersamaan dengan peristiwa itu datanglah angin kencang, sebentar-sebentar terdengar petir menyambar, diiringi hujan besar.
Dalam kesakitan, lelaki itu berusaha melangkah dengan gontai, tangannya masih ingin mencekik kekasihnya. Dengan perasaan takut dan air mata bercucuran, wanita itu lari menjauh dan bersembunyi di balik bebatuan.
Ketika lelaki itu hendak mencari persembunyian kekasihnya, tiba-tiba tubuhnya ditarik oleh sinar yang kuat. Sinar itu berasal dari kedua mata kodok yang menggigitnya tadi. Sinar itu begitu kuat, sehingga ia tidak bisa berkutik lagi, dia pingsan.
Dan sebelum pingsan, dia masih sempat mendengarkan ucapan kodok itu,â ayah, sebenarnya aku sangat mencintai ayah!â
âBerhubung ayah ingin membunuh ibu, maka terpaksa sinar ini saya keluarkanâ.
âIngat ayah, sinar tersebut berasal dari kekuatan roh jahat, yang akan merubah ayah menjadi seekor kodok!â
Tiba-tiba tubuh lelaki itu mengecil, jadilah tubuhnya sebesar bayi yang baru dilahirkan.
Wanita itu sejak tadi memperhatikan kejadian yang menimpa kekasihnya.Iapun amat sedih dengan kejadian itu.
Tak lama kemudian, tubuh lelaki yang sudah mengecil itu berubah wujud menjadi seekor kodok. Dalam wujudnya yang telah menjadi kodok lelaki itu berkata kepada kekasihnya, âKekasihku, maafkan aku, karena semua ini adalah akibat dari perbuatanku, maka sebelum aku mati, aku akan memberitahukan bahwa kau telah melahirkan seekor kodok, dan itu tadi adalah anak kita!â
âDuduklah kalian dekat sini, sebentar lagi aku akan mati, jagalah pusaraku!â Tak lama kodok itupun mati. Namun keduanya dikagetkan dengan perubahan pada kulit kodok yang mati, ternyata keras seperti batu. Semakin keras sehingga keduanya tidak bisa mengangkatnya lagi. Dalam kebingungan keduanya dikagetkan oleh suara yang ternyata adalah suara kodok yang sudah mati,âwahai kekasihku dan anakku, bilamana kalian meninggal nanti, maka akan seperti aku ini!â
Hari menjelang pagi, tatkala matahari terbit tubuh wanita itu seketika berubah menjadi kodok. âanakku, saat ini aku harus ke kampung untuk menemui pusara orang tuaku!â
Sesampainya di pusara orang tuanya, tiba-tiba kodok itu mendengar suara ayahnya,âanakku, sebelum ayahmu ini meninggal, aku telah menemukan jimat, yang bisa merubah dirimu dan anakmu untuk menjadi manusia!â
âBenda itu ada di kamarmu,setelah kamu ambil dari tempatnya, maka benda itu hanya berfungsi selama 15 hari, di dalam benda itu terdapat 2 buah biji, yang berwarna merah dan hijau. Yang merah untukmu dan yang hijau berikan kepada anakmu!â Ingat, jangan kau buka benda itu sebelum bertemu anakmu, karena benda itu akan hancur dengan sendirinya setelah setengah hari!â
Setelah mengambil benda itu, segera ia menuju pantai untuk menunggu perahu yang akan membawanya ke tempat anaknya. Hari demi hari telah dilalui, namun perahu yang ditunggu-tunggu tidak datang.
Saat yang ditentukan tiba, berputarlah benda itu membubung tinggi di atas pepohonan, bersamaan dengan itu datanglah halilintar disusul dengan gemuruhnya angin,dan kodok itupun terpental jauh tepat di tepi laut. Kodok itu sudak tidak bergerak lagi. Di sinilah akhir hidup si kodok wanita sebelum bisa menemui anaknya.
Nun jauh di sana terdengar tangisan sang anak yang menyayat hati, menunggu-nunggu kedatangan ibunya. Anak kodok ini begitu setia menunggu dan membersihkan pusara ayahnya. hari demi hari, bulan demi bulan, tahun demi tahun, ibunya tiada kabar. Kurus nian tubuhnya. Seandainya ia tau dimana ibunya, pasti ia akan menyusulnya.
Kini tubuhnya tidak bisa bergerak, hanya mulut yang menganga dan matanya menatap ke arah samudera, dalam keadaan inilah ia dikejutkan dengan kedatangan ibunya yang mengajaknya untuk meninggalkan dunia fana. Kemudian tangan anak kodok itupun memegang tangan ibunya, dan bersama-sama meninggalkan dunia fana.(dari berbagai sumber)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar