MATARAM â" 15 persen dari 2.954 hektar hamparan terumbu karang di perairan Gili Matra (Gili Trawangan, Gili Meno, Gili Air) Kabupaten Lombok Utara (KLU) dinyatakan mati akibat pemanasan global. Padahal, keindahan bawah laut menjadi unggulan wisata bahari di sana. Perolehan pendapatan asli daerah dari wisata bahari KLU mencapai Rp183,33 juta atau 75,08 persen dari keseluruhan pendapatan pariwisatanya.
Menurut Kepala Seksi Pengelolaan Sumber Daya Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) KLU Sudirman, kerusakan sangat parah. Padahal terumbu karang itu tempat berkembang biaknya ikan. ââIni akibat pemanasan global,ââ katanya, Rabu (13/4-2011) siang.
Di Gili Trawangan, kata Sudirman, oleh Front Satgas Gili yang diketuai Usman Ali dilakukan penempatan terumbu karang sistem biorock yang dialiri listrik guna memacu pertumbuhan karang. Pembiayaannya merupakan hasil pengumpulan bantuan para pelaku wisata bahari di sana. ââSudah enam kali menempatkan terumbu karang sistem biorock,ââ ujarnya.
Di perairan Mulur, Teluk Dalam Kren dan Sire di KLU juga mengalami hal yang sama. Ada delapan hektar hamparan terumbu karang yang merupakan hasil transplantasi (stek) Yayasan Bahari Lestari di Dusun Jambi Anom Kecamatan Tanjung juga dinyatakan mati. Karena itu, DKP KLU melakukan pengadaan 20 unit meja terumbu karang yang mulai minggu depan akan ditempatkan. Per unit bisa ditempatkan 100an batang stek karang. Bentuknya seperti rantai yang ditumpuk menjadi bentuk candi.(*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar