Artikel ini ditulis oleh Winarta Adisubrata, pengamat pariwisata, mantan wartawan suratkabar harian Sinar Harapan. Atas izin penulisnya artikel ini kita muat di sini :       Kata Peter Drucker, cara terbaik untuk memprediksi atau âmeramalkanâ masa depan adalah dengan menciptakan masa depan. Artinya, kita sendiri harus menciptakan masa depan, sekarang ini juga. Dan untuk itu kita harus berani menoleh ke belakang. Bahwa sudah sejak ribuan tahun nenek moyang kita mengarungi perairan Nusantara yang oleh bangsa Cina Nusantara kita mereka sebut sebagai Nan-hai atau Kepulauan Selatan, karena letaknya di sebelah selatan Cina.
     Sudah seribuan tahun lalu pula  Valmiki, pencipta epos besar âRamayanaâ menyebut Nusantara sebagai Dwipantara yang mencakup  Swarnadipa atau Pulau Emas dan Jawadipa atau Pulau Jawawut. Keduanya adalah yang sekarang kita kenal sebagai Pulau Sumatera dan Jawa.
     Orang Arab menyebut Nusantara Jaza-ir al-Jawi,â dan yang mereka maksudkan bukan semata Pulau Jawa, karena sejak nenek moyang kita ratusan tahunlalu menunaikan haji ke Mekah, di mata orang-orang Arab, siapapun yang berasal dari  Nusantara mereka anggap sebagai datang âdari Jawi.â
      Pararaton (âKitab Raja Rajaâ ditulis setelah tahun 1481 M) , yang hingga kini belum terungkap siapa penulis naskah tertulis pertama  yang menggunakan kata âNusantaraâ, telah dijadikan sumber authentik oleh Eugene Douwes Dekker yang kemudian berganti nama Setiabudi, (1879-1950), yakni cucu kemenakan dari Eduard Douwes Dekker alias Multatuli, penulis buku âMax Havelaarâ menggunakan istilah  Insulinde. Jadilah Douwes Dekker muda sebagai pengguna pertama kata Nusantara yang kemudian digantikan dengan kata âIndonesia.â
      Baru pada tahun 1850 James Richard Logan (1819-1869) menggunakan kata âIndonesiaâ sebagai istilah geografis untuk menghindarkan terlalu panjangnya kata âIndian Archiepelago,â sekaligus  untuk mencegah kerancuannya dengan (kata) India, seperti termuat  di dalam majalah Journal of the Indian Archieplago and Eastern Asia (JIAEA)â yang terbit di Singapura. Di dalam majalah itu  Logan menulis artikel tentang cirri-ciri utama dari bangsa bangsa Papua, Australia, Malayu dan Polynesia.â
     Setelah tercetus gerakan kebangsaan Indonesia pada tahun 1908 yakni tahun didirikannya Boedi Oetomo tergulirlah penggunaan nama Indonesia oleh Bung Hatta, pendiri Indische Partij, yang kemudian mengubah nama partainya  jadi Perhimpunan Indonesia, disusul oleh Raden Mas Soewardi Soeryaniningrat (yang kemudian berganti nama Ki Hadjar Dewantara) ketika dalam pembuangan di negeri Belanda mendirikan sebuah kantor berita  Indonesische Pers Bureau.
     Jika kita menghitung-hitung kekaya-rayaan tanah air kita Indonesia, mungkin tidak akan pernah paripurna penghitungannya, walaupun secara terus menerus telah dilakukan oleh pemerintah penjajah Belanda dulu maupun oleh Jepang ketika menduduki tanah air kita antara tahun  1942-1945.
     Bahkan setelah lebih dari 65 tahun kita merdeka kita pun belum tahu setepatnya apa saja yang kita miliki dan seberapa besar cakupan keserba-ragaman suku-suku bangsa di seluruh Nusantara, masing-masing dengan adat-istiadat serta kekayaan seni budayanya belum pernah tercatat rapi dan lengkap, yang secara keseluruhan merupakan warisan dari ratusan bahkan ribuan tahun perjalanan kehidupan yang berbasis kepada hampir tiap dan semua agama dan kepercayaan dari sejak jaman batu hingga berdatangannya agama agama monotheistis yang ada di dunia.
   Semua itu menjadikan Nusantara yang diperlambangkan Multatuli bagaikan ârangkaian jamrud di katulistiwaâ dengan keragaman seni, budaya dan agama yang nyaris âtumpleg blegâ di tanah tumpah darah kita .
   Kekayaan alam berupa puluhan bahkan mungkin mencapai puluhan nribu species flora, fauna darat, sungai, danau dan lautnya   mencakup kekayaan zoo-geografis dan botanis yang berciri Asiatis maupun Australis yang puluhan bahkan ratusan ribu jenis atau speciesnya.
   Jumlah jenis bahan tambangnya di perut bumi Nusantara, termasuk yang ada di bawah laut, demikian kaya sehingga daftar jenis mineral yang ada di seluruh muka Bumi maupun bawah lautnya tak mustahil paling lengkap dibanding dengan negara mana pun.
   Dan satu contoh yang paling menonjol barangkali adalah tambang logam di Tembaga Pura di Irian Jaya yang ternyata adalah tambang emas dengan deposit emas paling banyak di dunia. Sehingga karena kekayaan tambang emas Tembagapura inilah yang barangkali telah menjadikan provinsi paling ujung di sebelah timur ini  nyaris tidak kunjung usai sebagai masalah internasional, hingga baru pada tanggal 1 Mei 1963 Dr.Jalal Abdoh yang mewakili Pemerintahan Sementara UNTEA menyerahkan Irian Jaya kepada Bung Karno selaku presiden RI ketika itu.
     Keindahan dan kekayaan alam Indonesia yang membentang secara vertikal dan horisontal dari Puncak Jayawijaya yang menjulang lebih dari  4000 m di atas muka hingga selalu diselimuti salju sampai ke dasar Laut Banda dengan kedalaman lebih dari 6.000 m di bawah muka laut tak tergambarkan betapa beraneka ragam dan betapa besar nilai dan maknanya bagi kita sebagai Bangsa.
    Dan seakan-akan sudah adat kebiasaan dan âbudayaâ sehingga kita selalu terlambat menyadari betapa kaya raya kita sebagai Bangsa. Dan ketidak-sadaran ini yang merupakan kekurangan dan kelemahan kita yang mendarah daging dan turun temurun sejak ribuan tahun. Termasuk di antaranya kesantaian kita mengembangkan pariwisata, terutama wisata bahari sebagai salah satu bagian dari hajad hidup manusia dan wahana kita yang harus selalu bergerak maju sebagai Bangsa.
   Sebagai catatan, tanggal 27 September 2009 adalah Hari Wisata Dunia yang ke-30 sejak diremikannya pada tahun 1980. Surat kabar Sinar Harapan adalah satu-satunya media Indonesia yang meliput Konferensi Pariwisata Dunia dari World Tourism Organisation pada bulan September-Oktober 1980 yakni ketika tanggal 27 September resmi dijadikan Hari Bakti Pariwisata Dunia.
   Setelah 30 tahun waktu berlalu seakan-akan terbang tanpa suara kita kurang menyadari bahwa sekitar 900.000.000 wisatawan dunia yang melanglang bumi tiap tahunnya, dan  cuma kurang dari 1 persen dari jumlah itu yang `mampir ke Indonesia, padahal dunia mengakui kedudukan Indonesia sebagai satu di antara yang âmaha indah dan maha kaya seni budayanyaâ di dunia !
Wisata Bahari
Â
   Sejarah mencatat selama ribuan tahun Indonesia menduduki posisi sebagai tempat singgahnya manusia yang lalu lalang sambil  berdagang sekaligus sambil saling memperkaya kebudayaan antara sesama bangsa sedunia, tetapi kenapa kita seakan-akan buta akan hal ini ? Buktinya hingga hari ini seakan-alam Indonesia menutup diri dengan cara menutup perairan Nusantara dari pariwisata bahari dunia ?Â
  Dengan âancamanâ beban bea cukai yang nyaris tak terpikul oleh industri wisata bahari manca negara mana pun yang hendak melintasi Nusantara dengan kapal pesiar mereka. Padahal sudah belasan tahun Indonesia membanggakan diri dengan acara tahunan Sail Indonesia yang diselenggarakan tepat menjelang hari kemerdekaan 17 Agustus ratusan kapal dari berb agai penjuru dunia ikut serta dalam pesta bahari internasional kita itu. Yang sekaligus mengingatkan dunia dan diri kita sendiri bahwa sudah berbilang abad Nusantara menikmati posisi silang di lalu lalang bahari dunia !
   Lebih menyedihkan lagi sudah puluhan tahun (bahkan sejak sebelum krisis 1998) banyak perusahaan perkapalan pesiar menunggu-nunggu untuk diijinkan memasuki perairan kita, seperti pernah mereka nikmati pada tahun 1970an. Hal ini disebabkan telah jenuhnya perairan Karibia dan Mediterania di samping Eropa yang sejak usai perang dunia II telah menjadi pusat-pusat kegiatan wisata bahari dengan kapal kapal pesiar dan yacht.
   Kini perairan Asia, dan sedianya termasuk peraran Indonesia, telah mengembangkan diri sebagai kancah wisata bahari seperti dipelopori Shanghai yang menjelang Olympiade Beijing 2008 membangun pelabuhan khusus untuk kapal pesiar dengan kelengkapan canggih, menyusul pelabuhan-pelabuhan Singapura, Hongkong, bahkan Kualalumpur dan kota kota pelabuhan Asia lain yang telah lebih dulu siap, dibanding Indonesia yang hingga hari ini nyaris belum berbuat a.  Padahal, Bali sebenarnya sudah siap dengan pelabuhan serupa di Padang Baai , walau tidak secanggih Singapura atau Kualalumpur.
   Kenapa Indonesia belum menjawab gedoran wisata bahari dari luar Asia yang telah dijawab  positif oleh Kualalumpur, Singapura ,  Bangkok hingga Shanghai .
   Pelayanan global lewat  internet dari mana pun di dunia orang sekarang bisa memesan tiket untuk menikmati pelayanan kapal pesiar dari Holland America Line, misalnya dengan kapal pesiar Volendam, yang sepanjang tahun mengarungi Alaska-Asia-Australia-Selandia Baru yang juga singgah di Bali.
   Contoh lain, untuk tamasya laut dengan jarak lebih pendek antara Bali â" Lombok – Pulau Komodo dengan menggunakan kapal pesiar kecil pun bisa dipesan bahkan dengan titik start dari Amerika atau Taiwan yang disambung dengan pelayanan Bali – Komodo dimaksud.
   Cukup banyak tawaran serupa seperti diberikan oleh perusahaan kapal pesiar lain yang melayani Indonesia, terutama Bali, yang dapat dilihat dan dipesan melalui internet.
  Seorang John Daniel, manager âSpice Islands Cruisesâ untuk Bali sudah sejak lama  merumuskan empat gagasan, bagaimana memacu perairan Nusantara kembali seramai seperti belasaan tahun lalu. Kita yakin dan percaya akan iktikad John Daniel setelah nertahun-tahun berkecimpung dalam bisnis wisata kapal pesiar di Indonesia.       Pengalamannya membuktikan,  para pejabat Indonesia dipujinya sebagai cukup kooperatif dan berminat mengembangkan sektor wisata kapal pesiar. Fasilitas dan pelayanan terus menerus bertambah baik di Indonesia. Ini terbukti dengan telah dibangunnya pelabuhan khusus kapal pesiar di Bali.
     Menurut John Daniel, untuk menghidupkan pasar wisata bahari di Indonesia perlu ditinjau kembali berbagai peraturan, khususnya yang menyangkut bea cukai. Di samping perlu dibentuk task force khusus untuk wisata  kapal pesiar
     Kita perlu menyadari perlunya menjadikan Indonesia kompetitif dalam wisata kapal pesiar. Pemberian ijin menggunakan bendera Indonesia akan mendorong perekonomian Indonesia baik oleh kapal pesiar maupun kapal barang.
    Akan sangat menguntungkan bagi Indonesia, jika kapal asing dilonggarkan dengan penggunaan bendera Indonesia baik untuk kapal pesiar maupun kapal barang yang akan memperbesar pendapatan nasional dan menambah kesempatan kerja.
    Di antara kunci utama bagi Indonesia memasuki dan sekaligus menciptakan masa depan adalah membuka perairan Indonesia untuk dunia luar, demi kepentingan Indonesia sendiri ! ***
semoga kita bisa bersama membangun wisata bahari Indonesia menuju kesejahteraan masyarkat pesisir...
BalasHapus