Sejak kecil saya mengenal Pulau Kalimantan sebagai pulau terbesar di Indonesia yang memiliki wilayah hutan yang luas, berikut sungai-sungai yang lebar dan panjang sebagai jalur transportasinya. Dulu yang terlintas di kepala saya jika berbicara soal Kalimantan adalah hutan, rimba dan sungai. Baru setelah saya kuliah mulai mengenal Kalimantan, karena seorang sahabat saya berasal dari Kalimantan Timur. Sejak itu saya mulai mengenali bahwa Kalimantan Timur adalah propinsi terkaya di Indonesia. Dan setelah saya bekerja saya baru tahu mengapa Kalimantan Timur bisa menjadi propinsi terkaya, yaitu karena propinsi ini memiliki kandungan cadangan batubara yang sangat banyak di dalamnya. Agak terlambat tampaknya saya mengetahui hal itu. Dan di sini saya menceritakan perjalanan pertama saya ke Kalimantan.
Saya mendapat tugas untuk mengunjungi proyek customer perusahaan tempat saya bekerja. Lokasi proyek tersebut berada di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Saya sangat bersemangat untuk melakukan perjalanan ini. Jujur saja, alasannya adalah karena di Kabupaten Berau terdapat kepulauan Derawan, yakni salah satu tujuan wisata bahari yang sangat indah. Saya sangat berharap mendapatkan kesempatan untuk bisa berkunjung ke tempat itu di sela-sela tugas saya, karena sebelumnya saya selalu berharap bisa mendapatkan tugas kunjungan ke Kabupaten Berau, berhubung ongkos ke kepulauan Derawan itu cukup mahal jika harus saya tanggung sendiri.
Saya berangkat ke Berau bersama 2 orang rekan saya. Kami berangkat dari Jakarta pada hari Selasa dengan penerbangan pukul 6 pagi. Dengan 2 jam perjalanan kami tiba di Bandara Sepinggan, Balikpapan. Jam menunjukkan pukul 9 pagi ketika kami memasuki Bandara Sepinggan (dengan selisih waktu 1 jam dari Jakarta). Kami menunggu sekitar 2 jam di dalam Bandara Sepinggan untuk melanjutkan penerbangan ke Berau dengan pesawat yang lebih kecil berkapasitas sekitar 40 orang saja. Dan ini adalah pengalaman pertama saya menaiki pesawat sekecil itu. Selama di dalam pesawat, saya asyik menikmati pemandangan dari udara. Di bawah sana bumi Kalimantan yang saya lihat banyak hutan. Namun di antara hutan-hutan itu ada lahan-lahan yang dibuka untuk pertambangan batubara. Ketika itu saya semakin yakin kalau propinsi itu benar-benar kaya. Setelah satu jam perjalanan, kami tiba di Bandara Kalimarau, Berau. Udaranya panas, hal ini yang pertama kali terlintas di kepala saya. Para penumpang di pesawat rata-rata adalah pengusaha tambang batubara, karyawan perusahaan tambang batubara, atau orang-orang yang akan memeriksa kondisi tambang batubara seperti kami, dan wisatawan yang menuju Derawan.
Keluar dari bandara, kami dijemput oleh karyawan perusahaan tambang batubara yang akan kami kunjungi. Kami lalu bergerak menuju lokasi tambang dengan menggunakan mobil khusus yang biasa digunakan di proyek-proyek pertambangan. Setelah menempuh sekitar 1 jam perjalanan melalui kota Tanjung Redeb, kami tiba di tepi Sungai Segah, tepatnya di Kecamatan Sambaliung. Kami lalu turun dari mobil dan menggunakan sepatu boot beserta helm sebagai alat keamanan di lokasi tambang. Kami semua lalu naik ke atas speed boat dengan tak lupa menggunakan jaket pelampung. Dengan perjalanan selama sekitar 20 menit kami tiba di pit lokasi penambangan batubara. Dan lagi-lagi ini adalah pengalaman pertama saya mengunjungi lokasi tambang batubara. Dengan semangat saya berjalan menuju stockpile dan work shop alat berat yang berada dekat dengan jetty. Cuaca panas tidak melunturkan semangat saya sama sekali siang itu. Di situ kami melihat-lihat lokasi coal getting, disposal, hauling road, conveyor dan stockpile. Setelah sekitar 2 jam berputar-putar di lokasi tersebut kami kembali lagi menaiki speed boat untuk kembali ke kota Tanjung Redeb. Kemudian sore itu kami diajak makan di sebuah restoran khas Bugis di kota Tanjung Redeb. Menurut informasi yang saya dengar saat itu, di sana memang banyak warga pendatang yang merupakan suku Bugis dari Sulawesi. Biasanya mereka membuka usaha restoran dengan menu utama berupa ikan dengan bumbu khas Bugis.
Setelah perut kenyang, kami menuju kantor perusahaan tersebut yang juga berada di Tanjung Redeb. Kota tersebut tidak besar, dan tidak terlalu ramai, sehingga tidak diperlukan banyak waktu untuk mencapai satu lokasi dari lokasi lainnya. Selesai melakukan kunjungan di kantor mereka, supir perusahaan tersebut kemudian mengantarkan kami ke hotel. Malam itu kami menginap di Hotel Bumi Segah. Lokasi hotel ini tepat berada di tepi Sungai Segah, sehingga dari jendela kamar hotel, saya disuguhi pemandangan aktivitas masyarakat di tepi Sungai Segah. Sungai ini adalah sungai utama di Kabupaten Berau. Sungai tersebut banyak dilalui tongkang yang mengangkut batubara dari perusahaan-perusahaan tambang Batubara yang beroperasi di Berau.
Hari kedua di Berau, di pagi hari kami dijemput oleh customer kedua setelah sarapan di hotel. Kami menuju jetty yang masih berada di Tanjung Redeb sekitar 15 menit dari hotel, lalu menaiki speed boat menuju Kecamatan Sambarata. Setelah 15 menit mengarungi Sungai Segah, kami tiba di jetty di Sambarata. Kemudian sama seperti hari sebelumnya kami diharuskan menggunakan rompi pengaman, helm, sepatu boot dan tanda pengenal sebagai perlengkapan keamanan. Lalu dengan mengendarai mobil proyek kami memantau lokasi pertambangan, mulai dari stockpile yang dekat dengan jetty, lalu CPP (Coal Processing Plant), nursery, kantor, work shop dan mess. Setelah makan siang kami memantau lokasi coal getting, disposal dan reklamasi tambang. Lokasi tambang batubara kali ini lebih luas dan lebih dalam, sehingga kami hanya melihat aktivitas tambang dari point view yang telah disediakan. Dan lagi-lagi cuaca panas menerpa, tapi saya tetap semangat, karena di sini aktivitas tambang sedang berlangsung, jadi saya bisa melihat alat berat yang bekerja. Selesai memantau proyek kami kembali lagi ke Tanjung Redeb dan diantar kembali ke hotel.
Awalnya kami akan mengunjungi customer ketiga di hari ketiga, namun kunjungan ke customer ketiga dibatalkan karena customer belum bersedia dikunjungi. Ketika itu saya berpikir untuk pergi ke Derawan. Tapi sayang sekali kedua teman saya sedang dalam keadaan kurang sehat, sehingga tidak bisa ikut ke Derawan. Sehingga akhirnya saya mengurungkan niat untuk ke Derawan, karena mama saya tidak mengijinkan saya menyebrang ke Derawan sendirian. Jujur saja, saat itu saya sangat sedih, karena saya sangat ingin pergi ke Derawan. Tapi ya sudahlah, semoga ada kesempatan berikutnya untuk mengunjungi Berau.
Di pagi hari berikutnya kami hanya bersantai selepas sarapan, lalu berkemas. Pukul 11 siang kami meninggalkan hotel dan menyewa sebuah mobil untuk mengelilingi Tanjung Redeb sebentar. Kami berniat mencari oleh-oleh terlebih dahulu siang itu sebelum ke bandara. Awalnya kami meminta untuk diantar ke toko yang menjual souvenir, namun sayangnya tidak souvenir yang khas yang dijual di sana. Menurut info dari supir yang megantarkan kami itu, toko tersebut adalah toko souvenir yang cukup terkenal. Tidak ada barang yang menarik bagi saya di toko tersebut, kecuali sebuah gelang dari batu berwarna kuning. Setelah membeli gelang itu, dengan kecewa, kami kemudian minta diantar menuju toko yang menjual makanan khas. Dan lagi-lagi tak ada makanan khas di Berau. Supir tersebut hanya mengantar kami ke sebuah toko kelontong yang banyak menjual makanan ringan dalam kemasan yang merupakan produksi dari negara tetangga, Malaysia. Kami pikir, daripada tidak membawa oleh-oleh sama sekali, akhirnya kami membeli beberapa makanan kecil dalam jumlah banyak dari toko tersebut sebagai buah tangan ke Jakarta.
Pukul 3 sore pesawat kecil yang kami tumpangi membawa kami ke Samarinda. Dari dalam pesawat saya kembali menikmati pemandangan Kalimantan Timur dari udara. Sungai-sungai lebar yang dilewati kapal-kapal dan tongkang-tongkang, beserta hutan-hutan yang di beberapa bagian telah dibuka, namun tidak direklamasi. Di Bandara Temindung, Samarinda, pesawat hanya transit sebentar, lalu penerbangan dilanjutkan kembali menuju Bandara Sepinggan, Balikpapan selama sekitar 15 menit. Pukul 6 sore kami melanjutkan penerbangan kembali ke Jakarta dan setelah 2 jam penerbangan kami tiba di Jakarta pukul 7 malam di ibu kota.
Ya, saya memang gagal ke Derawan, tapi saya sangat berharap bisa kembali lagi ke Berau dan mendapatkan kesempatan berjalan-jalan ke Derawan. Semoga. AMIN.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar