MAJENE, KOMPAS.com - Kabupaten Majene di Sulawesi Barat, mengharapkan dukungan berbagai pihak untuk mengembangkan pariwisata setempat. Terutama pelaku pariwisata di Makassar, Sulawesi Selatan. "Perkembangan pariwisata kami tidak tampak kalau biro perjalanan wisata di Makassar tidak membawa turis sampai ke pesisir di. daerah ini," ungkap Bupati Majene, Kalma Katta, di Majene, Minggu (2/9/2012) malam.
Ia menuturkan biasanya turis asing di Makassar berasal dari Bali, lalu melanjutkan wisata ke Malino dan Tutor. Namun, tambahnya, tidak berlanjut ke Majene. Padahal, wisata alam di Majene memiliki potensi yang mampu menarik wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara. "Majene ini berhubungan dengan wisata budaya, bahari, sampai pegunungan. Sandeq Race menjadi kegiatan wisata yang berhubungan dengan bahari," katanya.
Sandeq Race adalah lomba balap menggunakan sandeq atau perahu tradisional dari kayu khas Mandar, suku asli Sulawesi Barat. Selain itu, Majene juga memiliki potensi wisata sejarah. Sebab, lanjut Kalma, Majene dulunya adalah pusat pemerintahan Belanda. "Kota tua di Sulawesi Barat ya adanya di Majene," katanya.
Di Majene, terdapat situs-situs Belanda dan bangunan tua peninggalan Belanda. Ia mengklaim Majene bisa menjadi pusat budaya Sulawesi Barat. "Di sini ada rumah sakit Belanda dan museum. Tapi Belanda di sini tidak lama, jadi peninggalan tidak terlalu banyak. Rumah bupati dan asrama polisi juga peninggalan Belanda," jelasnya.
Kalma menuturkan, saat masa kolonial, Belanda mendirikan 6 pusat pemerintahan di Pulau Sulawesi seperti di Bone, Pare-Pare dan lainnya. Salah satunya adalah Majene sebagai pusat pemerintahan Sulawesi Barat. Sayangnya, turis asing yang datang ke Majene masih sedikit.
Menurut Kalma, turis asing yang datang adalah grup dari Jepang dan negara-negara di Eropa. Menurutnya, pariwisata baru memberikan kontribusi sekitar 5 persen pada ekonomi Majene.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar